Ganti Judul dan ALt sendiri

CARA SINGLE MOM MEMBANGUN KOMUNIKASI ASYIK DENGAN REMAJA


Hallo, Happymoms!
Apa kabar hari ini? Semoga selalu happy, ya.
Adakah di antara Happymoms yang mempunyai status sebagai single mom?

Menjadi single mom berarti mengambil semua peran orang tua terhadap anak. Banyak hal yang harus dilakukan agar anak tidak merasakan kekurangan kasih sayang dan terbangun bounding (kelekatan) yang baik. Salah satunya yang krusial adalah cara membangun komunikasi yang asyik dengan anak.

Saya dibesarkan oleh seorang single mom sejak usia 8 tahun. Saya tiga bersaudara dengan seorang kakak dan adik. Mama adalah seorang guru SMP dan sekaligus punya usaha berjualan aneka snack untuk menambah penghasilan. Sepulang sekolah beliau membuat aneka panganan untuk dijual. Lalu malam mengemasinya agar besok pagi bisa diantarkan ke toko-toko langganan.

Lalu apakah saya merasakan kurang kasih sayang?
Apakah Mama tidak ada waktu lagi untuk saya dan saudara?
Apakah kami cukup dekat?

Siapa Itu Remaja

Sebelum masuk ke pembahasan tentang komunikasi dengan remaja, kita bahas dulu tentang siapa itu remaja ya, Happymoms.

Remaja adalah salah satu tahapan perkembangan dalam teori psikologi. Secara umum seseorang dalam rentang usia antara 10-19 tahun disebut sebagai remaja (WHO, 2022). Remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI N0.25, remaja merupakan penduduk dalam rentang usia antara 10 hingga 18 tahun (Kemkes.go.id, 2018).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memuat definisi remaja yaitu masa remaja berlangsung antara usia 12-18 tahun dengan melalui proses pertumbuhan sesudah meninggalkan masa anak-anak menuju masa kedewasaan, namun belum mencapai kematangan jiwa.

Menurut Ibu Elly Risman (dalam video dari Parenting Rumah Keluarga Risman), Islam tidak mengenal istilah remaja. Setelah anak mencapai masa baligh maka dia sudah memasuki masa dewasa muda. Karena anak sudah dikenai hukum syariat. 52% anak perempuan sudah haid di usia 9 tahun, dan 48% anak laki-laki mulai mimpi basah saat kelas 5 SD (usia 10-11 tahun).

Kecenderungan anak sekarang memang lebih cepat mendapatkan masa baligh dibandingkan dengan masa kita dulu ya, Moms. Karena asupan gizi, stimulasi dan informasi yang jauh lebih baik sehingga membuat anak lebih cepat "dewasa" dari sisi fisik dan psikologisnya.

Jadi, terlepas dari Happymoms sepakat atau tidak dengan sebutan "remaja", anak pada usia mulai 9-10 tahun akan mengalami banyak perubahan dalam dirinya. Perubahan, baik secara fisik dan psikologis tersebut, harus kita antisipasi dengan komunikasi yang baik agar single mom tetap bisa mendampingi anak melalui masa-sama itu dengan baik.


Fenomena Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa. Pada masa ini remaja banyak mengalami perubahan dalam dirinya, baik secara fisik maupun psikologis. Perubahan fisik seperti tumbuhnya payudara/jakun juga rambut di area tertentu, mengalami menstruasi/mimpi basah, perubahan suara, perubahan bentuk tubuh dan sebagainya. Sedangkan secara psikologis remaja mengalami perubahan pada aspek kognitif (pola pikir), emosional dan interaksi sosialnya.

Misalnya :
  • Mulai tertarik dengan lawan jenis
  • Emosi yang tidak stabil
  • Mencari kasih sayang dan rasa aman
  • Mencari jati diri
  • Rasa ingin tahu dan mencobanya meningkat
  • Kebutuhan untuk pengakuan sebagai orang dewasa
  • Kecenderungan menentang dan kritis
  • Tidak puas pada diri sendiri

Perubahan-perubahan tersebut membuat anak merasa tidak nyaman, mengalami kekacauan emosional, dan ketidakpahaman bagaimana cara menghadapinya. Maka peran orang tua dan keluarga sangat dibutuhkan. Logikanya orang tua butuh lebih banyak waktu untuk bicara dengan remaja, untuk memberikan edukasi dan pendampingan.

Namun kenyataannya justru seringkali terjadi ketidaknyambungan dan ketidakpahaman antara orang tua dengan anak remajanya. Tidak nyambung cara dan gaya bicaranya, karena kebanyakan orang tua masih memakai gaya bicara dengan anak kecil. Ketidakpahaman orang tua dengan istilah-istilah anak remaja saat ini. Betul gak, Happymoms?

Belum lagi dengan tidak aware-nya orang tua terhadap perubahan yang dialami remaja. Saat anak tidak bicara, orang tua menganggap semua baik-baik saja, padahal si anak bingung mau mulai dari mana. Kemudian diperparah dengan adanya komunikasi orang tua yang tidak baik seperti terlalu banyak mendominasi, memerintah, membandingkan, memberi sebutan negatif, menasihati tidak pada tempatnya, sehingga justru kesan negatif yang didapatkan oleh anak.

Remaja dan Fenomenanya saat ini

Kondisi ini mengakibatkan remaja justru menjauh dari orang tua, semakin enggan berkomunikasi dan menggunakan referensi dari luar, baik dari teman ataupun lingkungan circle-nya, yang belum tentu memberikan masukan positif.

Hal ini kemudian mengantarkan remaja terlibat pada hal-hal negatif juga. Akhir-akhir ini terjadi fenomena salah pergaulan, penyimpangan perilaku hingga tindakan-tindakan kriminal yang semakin banyak melibatkan para remaja.

Tentunya ini menjadi PR bagi orang tua untuk membangun komunikasi yang baik, efektif dan asyik dengan anak-anak. Terlebih lagi bagi seorang single mom, ini menjadi tantangan luar biasa agar tetap bisa mendampingi anak-anak memasuki masa remaja/baligh di antara semua peran yang dijalankannya.

Pondasi Komunikasi Dengan Remaja

Happymoms, saya percaya bahwa komunikasi yang baik dan asyik dengan remaja itu tidak terbentuk secara instan dan dilakukan pada saat anak sudah masuk masa remaja, tapi dibangun jauh sebelum itu.

Komunikasi efektif, kedekatan dan keterbukaan harus dimulai sejak kecil. Ada proses pengenalan, orang tua melakukan komunikasi kepada anak. Ada tahap pembiasaan, anak diarahkan untuk melakukan komunikasi yang efektif juga.

Sehingga pada saat masuk usia remaja, anak-anak sudah mempunyai kepercayaan, telah terbangun kedekatan dan mereka terbiasa untuk terbuka kepada orang tuanya.

Jika komunikasi efektif dan asyik sudah dilakukan sejak dini, kapanpun anak butuh untuk teman bicara, mereka akan menemui orang tuanya.

Inilah yang saya rasakan, Happymoms. Meskipun saya dibesarkan oleh seorang single mom, tapi Mama berhasil membangun komunikasi yang efektif dan asyik dengan kami, anak-anaknya. Maka kami tidak pernah merasakan kekurangan kasih sayang. Kami tetap dekat meski Mama full aktivitas seharian hingga malam. Dan kami selalu terbuka dan nyaman berbicara, bercerita tentang apa saja dengan Mama.

Membangun Komunikasi ASYIK Dengan Remaja

Happymoms penasaran bagaimana Mama saya membangun komunikasi yang asyik dengan anak-anaknya?
Ssssttt ... dan ini juga sudah saya terapkan kepada anak-anak saya, meski saya bukan single mom. So far ... efektif, kok!

Langkahnya saya buat singkatan menjadi kata "ASYIK", biar mudah diingat ya, Happymoms. Yuk, kita kabarkan.

Cara membangun komunikasi asyik dengan remaja

A - Ajak Anak Bercerita

Sejak kecil Mama selalu menyempatkan bercerita dengan saya. Ngobrol tentang apa saja. Bahkan beliau tidak sungkan bercerita tentang aktivitasnya di sekolah. Hari itu ngajar apa saja, ada anak yang terlambat atau tidak, malakukan home visit ke mana dan sebagainya.

Biasanya kami melakukan itu sepulang sekolah sembari Mama istirahat sebelum melakukan pekerjaan yang lain. Atau kadangkala sembari kami memasak atau membungkus aneka snack jualan.

Hingga saya dewasa momen itu tetap berkesan. Saya menyadari cara Mama menceritakan aktivitasnya menempatkan saya sebagai temannya. Membuat saya merasa nyaman sehingga di lain hari saya pun melakukan hal yang sama.

S - Sediakan Waktu Untuk Mendengarkan Ceritanya

Setelah langkah pertama dilakukan oleh Mama, selanjutnya beliau memancing saya untuk gantian bercerita. Beliau bertanya tentang kegiatan saya di sekolah atau tentang teman-teman sekelas saya.

Karena Mama sudah bisa bercerita, saya pun dengan senang hati becerita dengan Mama. Bahkan jika ada kejadian yang seru di sekolah, tanpa ditanya oleh Mama pun saya akan segera menceritakan begitu Mama sampai di rumah.

Ini satu hal yang juga membuat kesan mendalam bagi saya, Mama ingat dengan teman-teman dekat saya. Teman yang sering saya ceritakan atau yang pernah datang ke rumah. Mama selalu menanyakan kabarnya dan apa saja yang saya lakukan bersama mereka.
Hafalkan minimal tiga nama teman akrab anak dan sering-seringlah menanyakan kabar mereka. Ini akan membuat anak merasa diperhatikan dan sangat bersemangat untuk bercerita.

Y - Yakinkan Anak Untuk Terbuka

Mama selalu membuka diri untuk bisa menerima semua cerita anak-anaknya. Pernah suatu saat Mama menemukan diary kakak. Mama jadi tahu kalau kakak sedang suka dengan salah satu temannya. Mama membuka percakapan dengan kakak dan akhirnya kakak mau bercerita. Sejak saat itu kakak selalu terbuka, jika ada apa-apa Asti akan disampaikan ke Mama.

Masing-masing, saya dan kakak adik, mempunyai permasalahan tersendiri. Atau kami pernah pula melakukan kesalahan. Tetapi Mama selalu bisa mendukung kami untuk dibicarakan bersama.

Di saat usia saya sudah belasan Mama juga bercerita dengan terbuka jika ada permasalahan yang sedang dihadapi. Tidak untuk meminta masukan solusi, lebih agar saya memahami bagaimana kondisi beliau atau keadaan keluarga kami saat itu. Hal ini semakin membangun kedekatan serta keterbukaan di antara Mama dan anak-anak. Kami tidak hanya mendapatkan penguatan untuk saling terbuka tapi juga merasa dipercaya dan dilibatkan.

I - Ikutkan Anak Dalam Aktivitas Ibu

Karena memang status single mom dan Mama tidak ada ART (ya iyalah ya, mana ada dana untuk bayar, hahaha ....), maka saya selalu diikutkan, dilibatkan dalam aktivitas Mama. Baik aktivitas keseharian dalam mengurus rumah, menjaga adik, bahkan dalam usaha sampingan Mama.

Hal itu membuat waktu kebersamaan kami lebih banyak. Kami juga bisa sambil ngobrol, bercerita sembari melakukan pekerjaan tersebut. Itulah kenapa saya tidak pernah merasakan kurang kasih sayang dan perhatian dari Mama. Kami juga menjadi semakin dekat satu sama lain, layaknya menjadi teman atau sahabat.

K - Kepercayaan Untuk Anak Selalu Ada

Karena Mama membiasakan kami bercerita bahkan melibatkan saya dalam kepentingan keluarga, hal itu membangun kepercayaan saya untuk terbuka kepada Mama. Beliau siap menampung segala cerita dan berdiskusi bersama.

Seingat saya Mama tidak pernah memaksakan keinginan beliau dalam pengambilan keputusan penting anak-anaknya. Misalkan dalam memilih SMP. Saya mendapatkan tawaran beasiswa jika melanjutkan SMP di kecamatan. Tapi sebenarnya saya tadinya ingin masuk ke SMP yang sama dengan kakak. Mama menyerahkan ke saya, mau memilih sekolah yang sama.

Langkah-langkah komunikasi ASYIK yang dilakukan Mama, saya rasakan sekali manfaatnya. Hingga saat ini, bercerita dengan Mama adalah momen paling saya rindukan saat pulang kampung.

Kedekatan, keterbukaan dan kepercayaan di antara saya dan Mama sangat membantu untuk bisa melewati masa perubahan saat menginjak usia belasan. Komunikasi kami selalu nyambung dan asyik. Mama bisa menjadi teman dan sahabat yang saya percaya.

Komunikasi adalah Kunci 

Itulah pengalaman saya dan Mama dalam membangun komunikasi. Bagaimana dengan Happymoms? Punya pengalaman yang sama dengan saya? Atau sedang menghadapi PR komunikasi dengan anak juga?

Jika Happymoms juga seorang single mom, jangan berkecil hati, ya. Banyaknya peran yang mommy jalankan saat ini bukan berarti tidak bisa mendampingi anak-anak dengan baik. Kuncinya adalah komunikasi. Dan yakinkan bahwa mommy pasti bisa membangun komunikasi yang asyik dengan anak. 

Silakan dicoba langkah membangun komunikasi asyik dengan remaja di atas. Semoga bisa juga Happymoms terapkan, ya.

Salam bahagia 💕💕





5 comments

Terima kasih sudah mampir. Semoga artikel ini bermanfaat. Silakan dibaca juga postingan lainnya.
Dan Mohon tidak meninggalkan link hidup. Jika terdapat link hidup, mohon maaf komentar akan dihapus.
  1. Menjadi single mom pasti tidak mudah ya mbak. Salut banget sih sama mereka. Apalagi ketika anak sudah mulai masuk usia remaja.. Harus terus belajar dan belajar. Semangat para single mom, kalian hebat....

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul sekali, Mbak. Perjuangan dan pengorbanannya luar biasa.

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Sebagai seorang ibu yang masih ditemani suami aja kadang masih ada banyak sambatnya ya, apalagi yang single mom. Memang butuh support dan pengingat juga. Semoga artikelnya bisa membantu ibu2 di luar sana ya mb

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, iya. Setelah menjadi ibu, saya semakin menyadari betapa luar biasanya beliau bisa membesarkan ketiga anaknya sendirian. Jadi berfikir bisakah jadi setangguh beliau.

      Delete