Hai, HappyMoms!
Masih dalam rangka Hari Ayah Nasional yang jatuh tanggal 12 November kemarin, memori tentang papa masih berkeliaran di kepala saya. Mau tidak mau membawa saya kembali ke masa kecil dengan segala kenangannya.
Meski kebersamaan kami tidak lama, tapi ada banyak hal yang sangat membekas. Tidak hanya sebagai kenangan dalam hati tapi juga menjadi dasar-dasar nilai dalam hidup saya.
Setelah saya belajar ilmu psikologi, saya bisa lebih memaknai jejak peran papa dalam kehidupan saya. Sikap, pemikiran dan perilaku beliau, ternyata menjadi bukti nyata peran seorang ayah bagi putrinya. Dan itu telah berhasil menjadi penuntun bagi perjalanan hidup saya. Cinta dan kasih sayangnya, menjadi bekal saya bertumbuh melewati masa anak-anak, remaja hingga dewasa.
Seberapa penting peran seorang ayah dalam perkembangan putrinya? Dan apa saja perannya? Dan bagaimana peran ibu untuk mendukung optimalnya peran ayah? Yuk, mari kita obrolin, Moms!
Fenomena Fatherless di Indonesia
Fenomena fatherless, atau ketidakhadiran ayah dalam kehidupan anak, akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan dan menjadi perhatian banyak pihak. Banyak data telah menunjukkan tingginya fenomena ini.
Data Tingginya Fenomena Fatherless
Dikutip dari laman resmi Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNICEF pada tahun 2021 mencatat sekitar 20,9% anak-anak di Indonesia tumbuh tanpa kehadiran sosok ayah. Jumlah ini setara dengan 2.999.577 anak dari total 30,83 juta anak usia dini di Indonesia. Survei BPS pada tahun 2021 juga menunjukkan bahwa hanya 37,17% anak-anak usia 0-5 tahun yang tidak dirawat oleh ayah dan ibu kandungnya secara bersamaan.
Sementara www.detik.com menampilkan Data Mikro Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik (Susenas BPS) pada bulan Maret 2024, sebanyak 20,1 persen anak di Indonesia tumbuh tanpa sosok ayah atau fatherless. Persentase ini sama jumlahnya dengan 15,9 juta anak dari total 79,4 juta anak usia di bawah 18 tahun di Indonesia.
Dari jumlah 15,9 juta anak fatherless ini, sebanyak 4,4 juta anak tinggal di keluarga tanpa ayah. Sisanya sebanyak 11,5 juta anak tinggal bersama ayah, tetapi ayahnya memiliki jam kerja lebih dari 12 jam per hari sehingga jarang memiliki waktu untuk menjalankan peran seorang Ayah untuk anak-anaknya di rumah.
Penyebab Fenomena Fatherless
Moms, dari data di atas, kita bisa lihat tingginya kasus fatherless di Indonesia. Juga kenyataan bahwa, fatherless tidak hanya berarti tidak adanya sosok ayah di samping anak, tetapi juga tidak berjalannya peran ayah sebagaimana mestinya bagi anak. Bukannya hilangnya ayah secara fisik tetapi juga tidak hadirnya ayah secara emosional dan tidak berperan aktif dalam keluarga.
Fenomena fatherless ini tentu saja disebabkan oleh banyak faktor. Diantaranya kematian pasangan (suami), dan semakin tingginya tingkat perceraian. BPS pada tahun 2023 mencatat ada 408.347 kasus perceraian yang terjadi di Indonesia.
Adanya tuntutan ekonomi yang tinggi juga menjadi salah satu penyebab fenomena fatherless. Waktu ayah terforsir untuk bekerja sehingga tidak ada cukup waktu untuk anak dan keluarga.
Selain itu masih pekatnya budaya patriarki juga menyebabkan rendahnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak-anak. Hal ini membuat anak-anak kehilangan sosok dan peran ayah meskipun setiap hari bertemu di di rumah. Dan tentu saja kurangnya edukasi tentang pengasuhan anak bagi para calon ayah, juga menjadi pemicu tingginya kasus fatherless.
Menilik Jejak Ayah dalam Hidup Putrinya
Papa meninggal saat saya usia saya jelang 9 tahun. Tidak bayak memori yang dapat saya ingat. Peristiwa sejak usia 5 tahun saja yang benar-benar masih dapat saya kenang dengan jelas.
Saya, putri satu-satunya yang menjadi kesayangan papa. Beliau terlibat lebih banyak dalam kehidupan keseharian saya. Hal-hal detil seperti memilih pernak-pernik pakaian yang serasi, menata rambut, mengantar ke tempat les dan mendampingi lomba, justru papa yang sering melakukannya.
Saya dapat dengan jelas merasakan kasih sayang dan cintanya yang besar. Tidak hanya dalam hal-hal di atas, tapi juga pembelaan atas pertengkaran dengan kakak selalu saya dapatkan. Kebanggaannya untuk setiap prestasi yang saya raih ditunjukkan dengan terang lewat ciuman dan pelukan hangat.
Beliau juga mendidik saya menjadi sosok anak perempuan yang sopan. Papa mengajarkan saya bagaimana cara duduk seorang anak perempuan, bagaimana makan dan berbicara yang sopan. Termasuk bagaimana bersikap untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang lain.
Setelah kuliah di Fakultas Psikologi saya baru menyadari bahwa semua yang papa lakukan saat saya kecil dulu adalah bentuk peran seorang ayah bagi anak perempuannya. Saya masih mengingat setiap pesan dan pelajaran yang papa sampaikan. Dan tetap saya jalankan dalam keseharian saya hingga kini.
Meski kebersamaan kami tidak lama, meski tak banyak yang beliau berikan, tapi setiap nilai dan didikan yang papa berikan telah membentuk saya menjadi sosok saat ini. Setelah kepergiannya saya tidak merasakan kekurangan kasih sayang dan kehilangan peran seorang ayah.
Saya sangat bersyukur, berkat didikan papa dan mama dengan perjuangannya sebagai single mom, serta perlindungan Allah SWT, saya bisa melewati fase fatherless dalam hidup saya dengan baik. Alhamdulillah.
Peran Utama Ayah dalam Pandangan Islam
Islam menempatkan ayah dalam posisi sangat krusial dalam keluarga. Tidak hanya sebagai nahkoda kapal rumah tangga, tetapi ayah juga sebagai "kepala sekolah" dalam pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya. Islam mewajibkan kehadiran ayah tidak hanya secara fisik dan berinteraksi secara langsung dengan anak. Namun juga terlibat aktif dalam perkembangan psikis dan religi anak.
Berikut peran utama ayah dalam perkembangan anak perempuan :
1. Pendidik tauhid dan agama
Mengajarkan anak tentang keesaan Allah dan dasar-dasar Islam sejak dini, seperti shalat dan membaca Al-Qur'an.
Membimbing anak untuk selalu bertawakal kepada Allah dalam situasi apa pun.
Menjadikan rumah sebagai lingkungan pertama anak untuk belajar akhlak dan adab Islam.
2. Teladan (role model)
Ayah harus menjadi contoh dalam perilaku, tutur kata, dan adab sehari-hari karena anak akan meniru.
Menunjukkan dan mengajarkan bagaimana menghadapi kehidupan dengan nilai-nilai moral dan keterampilan hidup.
3. Pemberi nasihat
Memberikan nasihat yang penuh hikmah, sebagaimana Luqman menasihati anaknya, dengan menggunakan dialog interaktif dan pendekatan yang baik.
Membimbing anak agar tumbuh menjadi pribadi yang bermanfaat, berakhlak mulia, dan peduli terhadap sesama.
Mengajarkan nilai-nilai moral, adab dan norma kehidupan
4. Pelindung dan penjaga
Melindungi anak dari pengaruh negatif lingkungan, baik secara fisik maupun spiritual.
Membimbing agar anak tidak terjerumus ke jalan yang salah.
5. Penanggung jawab spiritual
Sebagai pemimpin keluarga, ayah bertanggung jawab untuk menjaga keluarganya dari perbuatan syirik atau menduakan Allah.
Mengajak keluarga untuk menegakkan perintah Allah dan membimbing mereka untuk melaksanakannya.
6. Pemberi nafkah
Menafkahi keluarga dengan rezeki yang halal adalah kewajiban dan juga bagian dari mendidik anak, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an.
Memberikan dukungan emosional, waktu, dan perhatian selain hanya kebutuhan materi.
Peran Ayah dalam Perkembangan Anak Perempuan
Peran ayah sangat penting dalam perkembangan anak perempuan. Keterlibatan ayah secara konsisten dapat membentuk harga diri anak perempuan, membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial, dan mempersiapkan mereka untuk menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan yang memiliki ayah yang aktif secara emosional cenderung memiliki efikasi diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tumbuh tanpa figur ayah yang suportif. Ayah juga berperan dalam membentuk standar dan harapan anak terhadap dunia sosial dan relasi romantis di masa depan.
Peran Ayah untuk anak perempuan
- Membangun rasa percaya diri: Ayah menanamkan rasa percaya diri melalui pujian yang tulus atas usaha dan prestasi anak, bukan hanya pada penampilan fisik. Memberikan anak ruang untuk mencoba hal baru tanpa takut gagal juga sangat penting.
- Memberikan rasa aman dan dukungan emosional: Kehadiran ayah menciptakan rasa aman, stabilitas, dan dukungan emosional. Ini membantu anak perempuan merasa nyaman dan mengurangi "haus perhatian" dari lawan jenis, sehingga mereka tidak terburu-buru dalam menjalin hubungan di kemudian hari.
- Menjadi model hubungan yang sehat: Cara ayah memperlakukan ibu dan keluarga memberikan contoh nyata tentang cinta dan rasa hormat yang tulus. Ini akan membentuk ekspektasi yang sehat bagi anak perempuan saat mencari pasangan kelak.
- Mengembangkan kemandirian dan keterampilan: Ayah bisa mengajarkan berbagai keterampilan baru, seperti membaca, berenang, atau bahkan memasak, yang menumbuhkan rasa kemandirian. Keterlibatan dalam aktivitas sehari-hari juga menjadi momen untuk membangun hubungan yang lebih erat.
- Menjadi sumber bimbingan dan dukungan: Ayah berperan sebagai penasihat yang mendukung potensi anak dan memberikan dukungan saat anak menghadapi kesulitan. Mereka membantu anak mengasah potensi yang dimiliki untuk meraih kesuksesan di masa depan.
- Meningkatkan kesehatan mental: Keterlibatan ayah secara positif dapat mengurangi risiko masalah emosional seperti kecemasan dan depresi pada anak perempuan. Sebaliknya, ketidakhadiran ayah dapat berdampak negatif pada harga diri dan perasaan aman anak.
Dampak Positif dari Keterlibatan Ayah
- Citra diri yang positif: Kehadiran dan keterlibatan ayah yang konsisten dapat membentuk harga diri anak perempuan.
- Pengembangan hardiness: Ayah yang aktif terlibat dalam pengasuhan anak perempuan dapat menumbuhkan kemampuan untuk bertahan dan berkembang dalam situasi penuh tekanan.
- Model hubungan yang sehat: Ayah merupakan figur pria pertama yang dikenal anak perempuan, dan interaksi antara ayah dan anak perempuan membentuk suatu pola mengenai bagaimana seorang pria memperlakukan perempuan.
Dampak Negatif dari Ketidakhadiran Ayah
- Rendahnya harga diri dan kecemasan sosial: Anak perempuan yang tumbuh tanpa kehadiran figur ayah sering kali mengalami krisis harga diri dan kecemasan sosial.
- Ketidakmampuan mengelola emosi dan stres: Peran ayah dapat memberi pengaruh besar dalam membantu anak belajar mengenali dan menenangkan emosinya.
- Pola relasi tidak aman saat dewasa: Ketidakhadiran ayah dapat membentuk pola attachment yang tidak aman pada anak perempuan, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam menjaga batasan sehat dalam hubungan romantis.
Dukungan Ibu agar Peran Ayah Maksimal
Aktivitas dan tugas ayah yang banyak di luar rumah sangat membutuhkan dukungan dari ibu. Dukungan ibu sangat penting untuk memastikan peran ayah maksimal dalam pengasuhan anak perempuan. Ibu dapat mendukung ayah dengan:
Membangun komitmen bersama dalam pengasuhan anak
Pasirnya ayah dalam mendampingi perkembangan anak bisa jadi karena adanya persepsi bahwa pengasuhan dan pendidikan anak adalah tugas seorang ibu.
Nah, hal pertama yang dapat ibu lakukan untuk mengoptimalkan peran ayah dalam pegasuhan anak adalah dengan membangun kesepakatan dan komitmen bersama (antara ayah dan ibu) tentang bagaimana gaya pengasuhan (parenting) yang akan digunakan. Kemudian dilakukan pembagian tugas, sehingga keduanya bisa saling melengkapi peran masing-masing.
Dengan demikian anak akan terus merasakan pendampingan dan keterlibatan ayah dan ibu dalam kehidupannya.
Membuat waktu untuk ayah dan anak
Biasanya saat di rumah, ayah hanya ingin beristirahat dengan tenang. Sementara anak ingin menghabiskan waktu bersama ayah.
Ibu dapat berperan sebagai "event organizer" yang merancang dan menyediakan waktu untuk kebersamaan ayah dan anak-anak. Mengagendakan kumpul bersama atau jalan-jalan keluarga.
Mengkomunikasikan kebutuhan anak
Ibu dapat menjadi jembatan untuk ayah dan anak. Kadangkala perbedaan jender, jarak usia yang jauh, dan keterbatasan waktu ayah, membuatnya kurang efektif dalam berkomunikasi dengan anak perempuan, terutama di fase remaja.
Ibu dapat mengambil peran dalam mengkomunikasikan kebutuhan anak kepada ayahnya dan membantu ayah dalam memahami keinginan anak. Sehingga pesan dan maksud keduanya bisa tersampaikan tanpa adanya kesalahpahaman.
Komunikasi yang lancar menjadi kunci penting bagi optimalnya peran ayah dalam perkembangan anak perempuannya.
Menghargai peran ayah
Sebagai pasangan, ibu dan ayah harus saling menghargai dan mendukung. Sebesar apa usaha ayah dalam menjalankan perannya untuk anak, Ibu harus menjadi yang pertama dalam mengapresiasinya. Hal ini penting agar ayah semakin termotivasi untuk meluangkan waktu dan terlibat aktif dalam pengasuhan anak-anak.
Selain itu, Ibu juga harus terus membantu membangun kesan positif anak kepada ayah. Saat ayah mengalami kesulitan atau keterbatasan, ibu harus dapat mengcover hal tersebut sehingga anak tidak merasakan kekecewaan. Anak tetap dapat menghargai peran ayah untuk keluarga.
Mengembalikan Peran Ayah dalam Keluarga
Mommies, sebagaimana telah kita bahas panjang lebar di atas, tentu kita sepakat bahwa peran ayah dalam perkembangan anak perempuan sangat penting. Dampak peran ayah juga terbukti signifikan terhadap kesejahteraan mental dan sosial anak.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menyadari pentingnya peran ayah dan berusaha untuk memastikan bahwa anak perempuan mereka menerima dukungan yang mereka butuhkan untuk tumbuh menjadi individu yang sehat secara emosional dan sosial.
Dalam psikologi keluarga, peran ayah bagi anak perempuan sangat krusial dalam membentuk rasa percaya diri, keamanan, dan kesehatan mental mereka. Ayah berperan sebagai model peran untuk hubungan dengan pria, mengajarkan kemandirian, dan memberikan dukungan emosional yang kuat, yang memengaruhi bagaimana anak perempuan akan membentuk hubungan di masa depan. Keterlibatan aktif ayah membantu anak perempuan memiliki ekspektasi yang sehat, mengurangi perilaku berisiko, dan meningkatkan kecerdasan emosional serta sosialnya.
Maka, mari kita bantu para ayah untuk mau dan mampu terlibat aktif dalam pengasuhan anak-anak perempuannya. Kita dukung sepenuhnya para ayah menjalankan peran mereka dalam perkembangan anak perempuannya. Karena hal ini menentukan bagaimana masa depan dan kehiduapan anak nantinya.
Semoga dimudahkan, Moms. Semangat!
Referensi :
https://www.detik.com/kalimantan/berita/d-8164756/15-9-juta-anak-indonesia-tumbuh-tanpa-sosok-ayah-ini-dampak-psikologisnya.
https://fkm.unair.ac.id/2024/12/14/mengungkap-pengaruh-fatherless-tantangan-anak-tanpa-peran-seorang-ayah/




Post a Comment
Dan Mohon tidak meninggalkan link hidup. Jika terdapat link hidup, mohon maaf komentar akan dihapus.