Hai, Happymoms!
Beberapa waktu yang lalu kita baru saja melewati momen hari pertama masuk sekolah. Momen itu tentu menjadi salah satu momen penting bagi anak dan orang tua. Momen mendebarkan sekaligus membanggakan bagi ayah dan bunda. Apakah ananda akan bisa beradaptasi dengan lingkungan baru? Apakah ananda akan bisa menikmati hari-hari belajarnya di sekolah? Memang butuh persiapan khusus ya, Mommies. Bahkan harus dilakukan jauh-jauh hari. Berikut pengalaman kami mempersiapkan si sulung untuk menyambut hari pertamanya masuk sekolah.
Hari itu Datang Juga
Tanggal 7 Juli 2025 meninggalkan kesan mendalam bagi kami sebagai orang tua. Hari itu kami mengantarkan sulung kami ke pondok pesantren. Dia akan melanjutkan jenjang sekolah tingkat pertamanya di luar kota, jauh dari rumah, jauh dari keluarga.
Perasaan bangga dan haru bercampur jadi satu. Bangga dan syukur membuncah dalam hati karena cita-cita kami menyekolahkan anak ke pondok pesantren bisa terealisasikan. Si sulung juga menerimanya dengan suka cita, tanpa paksaan. Haru karena harus meninggalkan anak di pondok pesantren dan tidak bisa bertemu dalam waktu tiga bulan ke depan.
Kami membawa semua persyaratan administrasi yang diperlukan. Juga semua perlengkapan yang harus dibawa oleh para santri dari rumah. Hari itu kami melakukan registrasi ulang, melengkapi berkas-berkas pendaftaran, melakukan pembayaran dan pengambilan seragam. Setelahnya kami mengantarkan si sulung menuju asramanya. Dibantu oleh kakak kelas yang bertugas sebagai pendamping kamar, kami menata buku, baju, perlengkapan mandi/cuci dan stock makanan di lemari yang sudah di sediakan.
Kami sempat bertemu dengan beberapa orang tua (wali santri) yang juga mengantarkan anaknya hari itu. Sedikit berbincang dan saling mengenalkan ananda. Kami sempatkan juga bertemu dengan ustadzah di bagian pengasuhan pondok. Menitipkan si sulung dan meminta CP ustadzah.
Semua selesai bertepatan dengan jam shalat dhuhur dan makan siang. Kami memutuskan untuk pamit, karena ananda akan segera bergabung dengan teman-temannya yang telah lebih dahulu tiba di pondok. Si sulung memeluk kami tanpa bisa menahan air matanya. Untaian doa kami panjatkan sambil berlinang air mata juga. Siapa yang bisa menahan haru dan menyembunyikan tangis di momen seperti ini, ya kan?
Namun, dalam hati, kami percaya bahwa si sulung akan bisa segera beradaptasi dan menjalani hari-hari pertamanya di pondok dengan baik. Kami saling mengikhlaskan dan terus saling mendoakan.
6 Langkah Mempersiapkan Anak Masuk Pondok
Untuk sampai di titik ini, mengantarkan anak ke pondok pesantren, kami telah mengupayakannya jauh-jauh hari. Kami sangat menyadari bahwa keputusan untuk melanjutkan ke pondok pesantren di luar kota bukan semata keputusan kami saja, tapi harus dengan persetujuan dan kesediaan si anak. Karena dia yang akan menjalaninya. Kelancaran dan kesuksesannya sangat tergantung dengan keikhlasan dan semangatnya dalam belajar.
Lalu apa saja persiapan kami mengantarkan anak ke pondok pesantren? Berikut hal-hal kami telah upayakan sebagai persiapan melepas si sulung untuk sekolah di pondok pesantren.
1. Succes Story
Untuk menarik perhatian si sulung terhadap pendidikan di pondok pesantren, kami sering mengajak ngobrol dan menceritakan kisah sukses para alumni pondok. Telah ada banyak tokoh-tokoh penting dan terkemuka di Indonesia yang mempunyai latar pendidikan pesantren.
Meskipun sekilas tampak di pondok hanya fokus pada pembelajaran agama, tetapi para santri juga akan mendapatkan banyak sekali peningkatan kemampuan dan pengalaman dalam kegiatan dan organisasi. Seperti kemampuan berbahasa, komunikasi publik, penyelenggaraan kegiatan/event, team work, dan lain-lain. Kemampuan dan pengalaman ini juga akan sangat membantu anak dalam kelanjutan studi maupun nantinya di dunia kerja dan bermasyarakat.
Dari sini si sulung mendapatkan gambaran seperti apa lulusan pondok pesantren. Kesempatan apa saja yang bisa diraih setelah belajar di pondok pesantren.
Meskipun belajar di pondok pesantren, para alumni tetap bisa melanjutkan ke universitas-universitas ternama di Indonesia. Mendapatkan berbagai macam beasiswa, kesempatan studi lanjut keluar negeri, dan lain sebagainya.
Para alumni pondok pesantren juga banyak yang telah berhasil di berbagai bidang pekerjaan dan usaha. Akan ada banyak role model yang bisa anak-anak jadikan contoh dan motivasi untuk masuk ke pondok pesantren.
2. Sounding
Setelah menyampaikan tentang kisah sukses para alumni, kami melanjutkan obrolan tentang keinginan kami untuk memasukkan si sulung ke pondok pesantren. Apa yang menjadi latar belakang dan harapan kami. Serta rencana tentang studi lanjut dia ke depannya.
Kami menanyakan tentang pendapat si sulung. Apakah dia bersedia atau tidak. Kami juga mendengarkan apa cita-cita dan keinginannya di masa depan.
Lalu kami mendiskusinya tentang alternatif pondok pesantren yang bisa memenuhi keinginan anak. Apa saja kelebihan dan kekurangan belajar di pondok. Mana yang akan sejalan dan mendukung potensi serta bakat minatnya.
Si sulung juga menanyakan tentang banyak hal yang ingin di ketahuinya. Tentang pembelajaran di pondok, kegiatan santri dan sebagainya.
3. Reading
Kami beruntung karena si sulung senang membaca. Maka kami belikan beberapa buku tentang pondok pesantren. Novel berlatar belakang kehidupan pondok pesantren, juga buku panduan persiapan masuk ke pondok.
Dari sana si sulung mendapatkan banyak gambaran lebih detail tentang kehidupan di pondok pesantren. Apa saja kegiatannya, bagaimana budaya kebiasaan dan interaksi para santri di dalamnya. Bahkan kemungkinan "masalah" yang mungkin akan timbul dan harus dihindari.
Membaca menjadi salah satu langkah cukup efektif. Selain bisa memberikan gambaran lebih detail (maklum kami bukan alumni pondok, jadi hanya selintas tahu saja), membuat anak menemukan sendiri insight-nya. Menumbuhkan motivasi internalnya. Tanpa merasa diatur dan dipaksa.
So far, langkah ini sangat efektif bagi kami dan si sulung. Selepas membaca buku-buku tersebut dia sangat exiting dan mengatakan sudah bersedia untuk masuk ke pondok pesantren.
4. Travelling
Pada liburan sekolah kami sempatkan untuk melakukan perjalanan khusus. Yaitu perjalanan mengunjungi pondok pesantren di sekitar rumah eyangnya.
Kami memang bermaksud untuk memasukkan si sulung ke pondok pesantren di dekat rumah eyang putrinya. Sehingga kunjungan tersebut sekalian traveling keluarga. Kami sempat berkeliling di beberapa pondok pesantren. Sehingga si sulung mendapatkan berbagai alternatif gambaran.
Setelahnya kami diskusikan tentang kondisi beberapa pondok pesantren yang sudah kami kunjungi. Mana yang sepertinya akan cocok dengan si sulung. Mana yang dia suka. Mana yang mendukung potensi bakat dan minatnya. Sehingga kami mencapai kesepakatan bersama.
Sampai pada tahap ini, si sulung sudah semakin yakin untuk masuk pondok pesantren dengan suka rela. Alhamdulillah.
5. Sharing
Langkah ini sebenarnya sudah kami lakukan sejak di awal. Kami menyampaikan apa tujuan dan harapan kami. Juga menyampaikan perasan dan keyakinan kami bahwa si sulung bisa melakukannya.
Dari awal kami sampaikan bahwa tujuan bahwa harapan kami bukan semata agar si sulung berprestasi secara akademik. Tapi yang lebih penting adalah agar dia belajar bagaimana hidup disiplin, mandiri dan menjadi pribadi yang tangguh. Dan yang paling utama tentunya adalah agar dia bisa mengenal Tuhannya dengan lebih dekat dan lebih baik.
Kami juga memberikan kesempatan si sulung untuk menyampaikan perasaan dan keinginannya. Dia sempat menyampaikan kekhawatirannya di pondok nanti. Dan kami berusaha untuk terus memotivasinya. Memberikan alternatif solusi yang bisa dia lakukan. Juga meyakinkan bahwa dia akan bisa melalui semuanya, selama dia terus bergantung kepada Allah.
Sharing ini terus kami lakukan hingga jelang keberangkatan si sulung ke pondok. Alhamdulilah, langkah ini efektif untuk membangun kesiapan psikologis dan mental anak. Juga untuk membangun bonding yang lebih kuat agi antara anak dan orang tua. Membuat anak merasa terus diperhatikan,didukung dan diberikan kepercayaan.
6. Preparing
Melibatkan anak dalam mempersiapkan keberangkatannya ke pondok juga akan membantu pengkondisian psikologis dan mental mereka. Membangun kesadaran dan tanggung jawab terhadap kebutuhan dan kepemilikannya.
Saya ajak si sulung untuk belanja berbagai macam keperluannya. Mulai dari perlengkapan sekolahnya, pakaian, peralatan mandi, juga keperluan sehari-harinya.
Alhamdulillah, dia juga sudah paham apa saja yang harus dibawa, karena sudah membaca di buku panduan yang kami belikan sebelumnya. Kami tinggal mengawasi dan mengingatkan jika masih ada yang terlewat. Tahap persiapan ini cukup lancar karena dari pihak pondok juga sudah memberikan panduan apa saja yang harus di bawa oleh calon santri.
Dunia pondok memang dunia berbeda dari sekedar melanjutkan pendidikan, Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan lebih dari sekedar seragam, dan masuk sekolah. Pesantren harus mempersiapkan kemandirian anak, tanggung jawab, dan lain sebagainya yang harus dibicarakan di awal.
ReplyDelete