Ganti Judul dan ALt sendiri

Hijrah Menjadi Ibu Rumah Tangga : Tetap Bangga dan Berdaya

Hallo, Happymoms!

Sudah menyelesaikan seluruh tugas negara hari ini? Hee … sepertinya pekerjaan rumah tangga itu tak akan ada habisnya, ya? Tidak ada hari liburnya juga. Tapi kenapa banyak para perempuan bekerja, setelah menikah justru memilih hijrah menjadi ibu rumah tangga? Termasuk saya juga, hehe … Simak kisahnya di sini, ya!


Hijrah menjadi ibu rumah tangga: tatap bangga dan berdaya

Pengalaman Hijrah Menjadi Ibu Rumah Tangga


Saya alumni Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Sejak kuliah saya sudah mempunyai banyak aktivitas di luar kegiatan perkuliahan. Saya aktif di beberapa unit kegiatan mahasiswa, magang di lembaga psikologi terapan, freelance di lembaga filantropi, mengajar TPQ, pengajar les anak SD, hingga bekerja sebagai guru pendamping dan guru TK.

Alhamdulillah setelah lulus pun saya langsung mendapatkan pekerjaan sehingga tidak mengalami masa menganggur. Saya, yang memang suka berorganisasi, merasa lebih bahagia dan berharga dengan berbagai kegiatan tersebut.

Saya pun di wanti-wanti oleh Mama untuk tetap bekerja meskipun nantinya sudah berumah tangga. Pesan ini tentu saja dilatarbelakangi oleh status Mama yang seorang single mom. Mama harus membesarkan ketiga anaknya, seorang diri. Apa jadinya jika saat itu beliau tidak memiliki pekerjaan tetap. Mungkin jalan cerita hidup kami akan berbeda.

Setelah menikah saya masih bekerja sebagai HRD di sebuah lembaga Amil Zakat. Hingga saya hamil anak pertama. Masa kehamilan yang lumayan menguras energi. Saya mengalami morning sick hingga hampir 6 bulan. Sulit untuk berkonsentrasi dalam bekerja dan produktifitas menurun. Bahkan psikosomatis saya kambuh kembali karena tekanan pekerjaan yang lumayan saya itu.

Hijrah menjadi ibu rumah tangga
 
Kemudian saya berdiskusi dengan suami, tentang rencana pengasuhan anak juga bagaimana pembagian tugas kami nantinya. Kemudian kami menyepakati beberapa hal. Setelah melahirkan, saya galau. Kok rasanya berat, tidak tega meninggalkan bayi kecil itu di rumah untuk kembali bekerja. Maka Selepas masa cuti selesai, saya memutuskan untuk resign.

Happymoms juga punya pengalaman yang sama? Tulis di kolom komentar, ya.

Kenapa Memilih Menjadi Ibu Rumah Tangga Full Time


Pastinya momen seperti ini adalah salah satu momen terberat dalam hidup kita. Seolah kita berada di persimpangan jalan. Antara anak dan pekerjaan. Betul kan, Moms? Inilah beberapa pertimbangan saya akhirnya memutuskan untuk resign.

• Panggilan naluri seorang ibu

Sebagai ibu saya ingin terus bersama anak saya. Ada saat dia membutuhkan saya dan mendampingi di sepanjang perkembangannya. Saya tidak ingin melewatkan setiap fase pertumbuhan dan perkembangannya. Juga ingin menerapkan ilmu yang saya peroleh di bangku kuliah.

• Kesepakatan dengan suami

Dari awal pernikahan saya dan suami sudah menyepakati untuk merawat dan mengasuh sendiri anak-anak. Tidak ingin menggunakan jasa pengasuh, menitipkan di day care ataupun kepada kakek-neneknya. Konsekuensinya memang kami harus bergantian menjaga anak-anak. Mengatur jadwal kegiatan agar anak tetap terdampingi oleh salah satu dari kami. Dan itu sulit kami lakukan jika kami berdua masih bekerja, maka saya memutuskan untuk berhenti bekerja di luar rumah.

Alasan hijrah menjadi ibu rumah tangga

• Tidak ingin merepotkan orang tua

Kebetulan saya dan suami mempunyai prinsip yang sama yaitu tidak ingin menitipkan anak-anak kepada bapak ibu. Kenapa? karena mengasuh anak itu tanggung jawab kami sebagai orang tua. Dan akan sangat melelahkan bagi tubuh bapak ibu, yang sudah tua, jika seharian harus mengasuh anak kecil.
 

• Ingin membangun bonding yang kuat dengan anak-anak.

Ini adalah hal penting yang tidak ingin kami lewatkan juga, membangun bonding (kelekatan) dan kedekatan dengan anak-anak. Hal ini bisa terbangun dengan interaksi yang intensif dan berkualitas sejak awal kehidupan anak. Waktu bersama anak-anak tidak akan terulang. Dan kebersamaan di masa kecil akan menjadi kenangan bagi mereka.

• Tidak memakai jasa ART

Kondisi kami saat itu memang belum memungkinkan untuk menggunakan jasa asisten rumah tangga, maka saya dan suami saling bantu untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, termasuk mengasuh anak. Kami mempertimbangkan segala kondisi sehingga sampai pada pilihan bahwa saya harus resign dulu dari pekerjaan dan fokus mengurus keluarga.

Fitrah Seorang Muslimah


Menjadi seorang istri dan ibu adalah bagian dari fitrah penciptaan perempuan. Allah menciptakan perempuan sangat berbeda dengan laki-laki dengan tugas utama yang tidak bisa digantikan.


visi keluarga muslim

1. Tugas peradaban

Seorang muslimah diberikan tugas langsung oleh Allah SWT yaitu tugas peradaban. Tugas yang akan menjamin keberlangsungan hidup manusia di dunia dan menentukan kualitas generasi penerusnya. Tugas tak tergantikan itu adalah mengandung, melahirkan dan menyusui. 

"Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna… (QS. Al-Baqarah : 233)"

Muslimah diberikan naluri sebagai seorang ibu yang penyayang. Dibekali dengan segala kondisi yang memungkinkan untuk bisa melakukan semua tugas sebagai istri dan ibu. Perempuan diciptakan dengan kemampuan multitasking, berbicara 20 ribu kata per hari, ketelatenan dan kesabaran yang luar biasa, dsb. Allah telah menakar semua itu agar seorang muslimah bisa menjalankan fitrahnya sebagai istri dan ibu dengan baik.

2. Ladang pahala dan kebaikan

Menjalankan peran sebagai istri dan ibu di rumah merupakan ladang pahala dan kebaikan yang luar biasa besarnya. Setiap pekerjaan yang kita lakukan untuk suami dan anak-anak akan bernilai pahala, jika dilakukan lillahi ta'ala. Jika pekerjaan kita di rumah seolah tiada habisnya, maka seberapa banyak pahala yang bisa kita dulang setiap harinya?

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS. Al An'am: 160)”.

 

3. Tanggung jawab sebagai istri dan ibu

Saat kita resmi menyandang gelar sebagai istri dan kemudian diamanahi buah hati, maka bersama peran itu ada tanggung jawab yang kita emban. Dan tanggung jawab itu kelak akan dipertahankan oleh Allah.

Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), 

“Kaum lelaki adalah pemimpin bagi keluarganya di rumah, dia bertanggung jawab atas keluarganya. Wanita pun pemimpin yang mengurusi rumah suami dan anak-anaknya. Dia pun bertanggung jawab atas diri mereka. Budak seorang pria pun jadi pemimpin mengurusi harta tuannya, dia pun bertanggung jawab atas kepengurusannya. Kalian semua adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari 2/91)

Maka sudah selayaknya ya, Moms kita harus menjalankan peran kita dengan sebaik mungkin. Memprioritaskan tugas utama kita sebagai istri dan ibu.

Rencanakan Hijrahmu


Perubahan status dari wanita karier menjadi ibu rumah tangga, perubahan aktivitas harian dan lingkungan pastinya membutuhkan adaptasi. Kadangkala jika tidak kita siapkan sebaik mungkin justru akan menimbulkan rasa bingung, stress bahkan tertekan. So, sebelum Happymoms memutuskan untuk hijrah menjadi ibu rumah tangga, pastikan sudah melakukan persiapan di bawah ini.

Persiapan Hijrah Menjadi Ibu Rumah Tangga

1. Siapkan Mental

Pertama Mommies harus mempersiapkan mental. Meski secara sadar kita mengambil keputusan resign tanpa paksaan tapi bisa jadi kita belum bisa menerima sepenuhnya perubahan itu. Maka siapkan mental, kuatkan hati, lapangkan dada menerima setiap perubahan yang terjadi. Siapkan diri untuk menerima apapun konsekuensi yang akan hadir.

2. Siapkan Rencana Pengelolaan Rumah dan Keluarga

Sebelum benar-benar full time di rumah, buatlah rencana apa saja yang akan Mommies lakukan di rumah. Misalkan membuat jadwal harian, atau rencana proyek keluarga. Sehingga tidak akan ada kebingungan saat sudah tidak ngantor lagi. Tinggal eksekusi saja rencana yang sudah dipersiapkan.

3. Siapkan Aktivitas Pengganti

Biasanya saat bekerja, kita berangkat pagi pulang sore. Rutin setiap hari kecuali weekend. Jika belum banyak rencana yang akan dilakukan di rumah, maka siapkan aktivitas rutin pengganti setiap hari. Misalkan olah raga, melakukan hobi atau membuat usaha sambilan di rumah.

4. Siapkan Support System

Tidak dipungkiri saat resign bekerja kita juga kehilangan banyak teman dan rekanan yang selama ini berinteraksi setiap hari. Perubahan ini berpeluang menimbulkan stress tersendiri bagi Mommies. Maka siapkan support system untuk menjadi lingkungan pendukung bagi proses adaptasi. Misalkan keluarga, sahabat, atau mencari komunitas ibu yang sefrekwensi.

Menjadi Ibu Rumah Tangga yang Berdaya


Meskipun telah menjadi ibu rumah tangga full time, bukan berarti kita kehilangan kesempatan untuk bisa tetap berdaya. Mengembangkan dan mengoptimalkan potensi diri dengan berbagai aktivitas. Menjadi ibu rumah tangga tidak lantas membuat kita terkungkung di rumah saja. Hanya berkutat dengan pekerjaan rumah dan anak-anak.


Menjadi ibu rumah tangga yang berdaya

Agar kita tetap merasa berdaya, mari kita lakukan hal di bawah ini.

• Jaga Ibadah

"Ibadah adalah koentji"
Pekerjaan ibu rumah tangga memang aktivitas fisik tapi justru energinya berasal dari kondisi ruhiyah kita.

Jika niatan kita hanya ingin membuat suami dan anak-anak bahagia, saat mereka tidak menunjukkan reaksi yang kita harapkan maka kita akan merasa sangat kecewa, tidak berguna dan akhirnya menyerah.

Tapi jika kita niatkan untuk ibadah, lillahi ta'ala, ada atau tidaknya apresiasi anggota keluarga tidak akan berpengaruh banyak pada semangat kita menjalankan semua tugas. Jadi saat kita merasa jenuh dan lelah, yuk, kita perbanyak ibadah.

• Terus Belajar

Menjadi ibu rumah tangga seringkali menghadirkan rasa insecure di sudut hati. Terlebih saat kita melihat teman yang melejit kariernya atau studinya.

Agar kita juga tetap merasa percaya diri, tidak tertinggal dan stuck di tempat, kita harus terus belajar.

Belajar apa saja. Sesuatu yang kita suka, mengembangkan hobi, atau hal baru yang menarik minat kita. Manfaatkan kemudahan belajar saat ini lewat kelas-kelas online atau banyak membaca dan mengikuti aneka channel edukatif.

• Tetap Berkarya

Meski perhatian utama kita adalah keluarga, jangan sampai membuat kita melupakan potensi diri kita. Kemampuan apa yang sudah kita miliki, wujudkan dalam karya. Atau hasil belajar kita, praktikkan dan hasilkan karya nyata.

Hal ini akan membuat kita merasa tetap berharga. Dan akan lebih membahagiakan lagi jika karya itu bisa memberikan manfaat bagi orang lain.

• Jangan Lupa Terlibat dalam Aktivitas Sosial

Happymoms merasa waktunya habis untuk mengurus keluarga dan rumah saja? Tosss, samaan. Tapi kita tetap harus meluangkan waktu untuk terlibat dalam aktivitas sosial. Bisa di lingkungan sekitar rumah, di masjid, di sekolah anak, atau komunitas-komunitas yang Mommies ikuti.

Hal ini akan memberikan suasana berbeda, refresh dan semangat baru bagi kita. Jeda sejenak dari rutinitas untuk mendapatkan energi baru.

Tetap Bangga Menjadi Ibu Rumah Tangga


Bagaimana Happymoms, tidak menyesalkan telah melakukan hijrah menjadi ibu rumah tangga? Atau semakin mantap untuk hijrah menjadi ibu full time?

Bangga hijrah menjadi ibu rumah tangga

Menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan mulia. Meski bukan profesi bergaji, tapi dampak yang bisa kita berikan sangat besar. Tidak hanya untuk keluarga kita tapi juga masa depan bangsa dan peradaban dunia.

Jika dari rumah kita lahir anak-anak yang shalih, cerdas, santun, siap menebar manfaat bagi orang lain, bisa dipastikan mereka akan menjadi generasi penerus bangsa yang cemerlang. Peradaban dunia akan terselamatkan dari kehancuran.

Bukankah ada ungkapan yang masyhur,

"Masa depan suatu negara dilihat dari wanitanya. Jika wanitanya rusak, maka rusaklah negara tersebut. Namun jika wanitanya baik maka baik pulalah negaranya."

Tetap semangat, Mommies. Banggalah menjadi ibu rumah tangga yang berdaya.

Jangan lupa bahagia 💕

8 comments

Terima kasih sudah mampir. Semoga artikel ini bermanfaat. Silakan dibaca juga postingan lainnya.
Dan Mohon tidak meninggalkan link hidup. Jika terdapat link hidup, mohon maaf komentar akan dihapus.
  1. terimakasih mbak sudah menyemangati para ibu yang sedang mencari jati diri :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sejatinya sedang menyemangati diri sendiri, Mbak 😁. Terima kasih sudah mampir 💕

      Delete
  2. Mantap sekali mam tipsnya. Aku suka poin bangga menjadi Ibu rumah tangga. Menjadi ibu adalah perkerjaan mulia, hanya Allah yang akan menggajinya kelak. Semangat semua ibu yang tetap berkarya :)

    ReplyDelete
  3. MasyaAllah mbak, baru tau fakta baru nih kalau lulusan psikologi. Lain waktu bisa sharing2 juga soal kesehatan mental nih hihi. Buibu termasuk kalangan rentan stres. Salah satu yang agak miris seperti persoalan baby blues atau postpartum syndrome. Btw baca ini jadi penyemangat banget buat buibu. Tugas utama perempuan sebagai ibu banyak banget, melelahkan, butuh curhat, pengen dimengerti, dan di sini jadi kayak ngerasain yang sama deh. Suka juga dengan tulisan mb Iis. Makin kesini saya baca enak kayak tulisan coach Marita nih. Semangat selalu ya mb. Seneng juga di edisi ini bisa baca cerita lainnya dr mbak Iis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe... Alhamdulillah. Semoga bisarya Sling menyemangati, ya. Ibu memang butuh support system, kalau gak dari keluarga ya sesama ibu harus saling dukung. Semangat 🔥

      Delete
  4. Terima kasih mba sudah menyemangati saya, Saya bangga jadi ibu rumah tangga. Salam blogger.

    ReplyDelete