Hallo, Happymoms!
Setelah sekian lama absen di acara Kopdar IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) Solo Raya, alhamdulillah Ahad, tanggal 25 Mei 2025 kemarin berkesempatan hadir. Selalu exciting setiap kali hadir di acara kopdar. Tidak hanya karena bisa bertemu para senior dengan bejibun karya dan prestasi, tapi selalu ada ilmu dan semangat baru yang saya dapatkan. Seperti kali itu tema sharing yang diangkat adalah Penulisan Berbasis Konten Budaya Lokal. Ternyata dalam menulis tema budaya ada pakem-pakem khusus yang harus dipenuhi. Meski begitu tidak membatasi para penulis untuk mengekspresikan konten budaya lokal itu dalam berbagai bentuk tulisan. Sekreatif mungkin. Berikut saya rangkum materi yang disampaikan, silakan disimak, Moms.
Menjaga Semangat Belajar dengan Berkomunitas
Dalam menggeluti suatu bidang tentu dibutuhkan konsistensi. Konsistensi untuk terus produktif menghasilkan dan juga mengembangkan diri, alias terus belajar. Bukan hanya untuk meningkatkan diri, tetapi juga untuk meng-update info atau perkembangan baru di bidang tersebut. Seperti kita ketahui, Moms, di era serba digital saat ini perubahan cepat sekali terjadi, ya.
Demikian juga yang saya rasakan di dunia tulis-menulis ini. Meski dalam hitungan angka, sudah lebih dari lima tahun sejak saya mulai menulis, tapi rasanya masih belum banyak peningkatan yang saya capai. Semangat dalam menulis masih sering naik turun. Karya yang dihasilkan juga masih berkutat di situ saja, belum ada perkembangan signifikan. Ibarat kata, tidak mandeg total itu saja masih untung banget, hehe. Ya memang ada banyak faktor dan kondisi yang mempengaruhi, salah satunya adalah keriweuhan dengan empat orang bocil. Juga kesibukan dengan aktivitas di bidang lain.
Menyadari hal itu maka saya butuh untuk bergabung dengan komunitas. Saya butuh support system yang bisa menjadi tempat saya untuk terus belajar, mendorong untuk terus menghasilkan karya, dan "memaksa diri" untuk terus mengembangkan diri. Saya butuh teman-teman sefrekuensi untuk saling menyemangati dan saling sharing ketika menemui kesulitan/masalah. Saya juga sangat membutuhkan teladan dan bimbingan dari para senior, sekaligus tempat untuk berbagi atau berperan aktif.
Saya bergabung dengan beberapa komunitas, baik offline maupun online. Sesuai dengan bidang yang saya minati. Di antaranya komunitas menulis, parenting dan pemberdayaan perempuan. Happymoms juga bergabung di komunitas? Seru pastinya, ya.
IIDN Solo Raya
Salah satu komunitas yang telah lama saya ikuti adalah IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis). Sejak awal saya menemukan keinginan untuk mendalami dalam dunia tulis-menulis, sekitar tahun 2018. Awalnya saya bergabung via grup online di Facebook. Mengikuti beberapa challange yang digelar, bahkan terpilih dalam proyek menulis buku antologi. Kemudian saya bertemu dengan ibu-ibu IIDN Solo Raya. Mengajak saya bergabung dan hadir di acara kopdarnya.
Komunitas ini mewadahi para ibu dan mbak-mbak yang menekuni dunia literasi di wilayah Solo Raya. Solo Raya meliputi Surakarta, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, Boyolali, Wonogiri, dan Sragen. Banyak di antaranya yang sudah menjadi para penulis handal, mempunyai banyak karya buku dan menghasilkan cuan yang lebih dari sekedar lumayan. Namun banyak juga yang tertarik bergabung karena ingin belajar menulis dengan lebih serius. Salah satunya adalah saya, hehe.
Acara yang rutin dilaksanakan adalah sharing session yang diisi dengan berbagai materi tentang kepenulisan. Menghadirkan berbagai pembicara baik dari luar komunitas, maupun anggota yang memang sudah ahli dan berpengalaman. Challange dan training menulis juga dilakukan untuk internal anggota komunitas. Selain itu, IIDN Solo Raya juga sering diundang untuk berkolaborasi dengan berbagai brand produk yang sedang melakukan event atau campaingn.
IIDN Solo Raya telah menjadi salah satu komunitas kepenulisan dan perempuan yang diperhitungkan di wilayah Solo Raya. Saya pribadi terus berharap IIDN Solo Raya akan menjadi tempat belajar yang memacu semangat dan tekat saya untuk tetap menulis. Menjalani dan menikmati setiap proses untuk menghasilkan tulisan yang bermanfaat bagi para pembaca. Dan dalam jangkaun yang lebih luas, semoga IIDN semakin maju, menghimpun lebih banyak para ibu dan melahirkan para penulis wanita yang handal. Serta semakin berkontribusi aktif dalam memajukan dunia literasi di masyarakat.
Membuat Tulisan Berbasis Konten Budaya Lokal
Materi Penulisan Berbasis Konten Budaya Lokal disampaikan oleh Ibu Sri Rahayu, Mbak Nur Isnaini dan Bunda Hida. Beliau bertiga mendapatkan materi tersebut dalam pelatihan Bimtek yang dilaksanakan oleh Dinas Perpustakaan Daerah Solo dan Karanganyar. Berikut materi dan hasil diskusi yang kami lakukan.
Apa itu Konten Budaya Lokal
Konten Budaya Lokal adalah konten yang berbasis pada budaya, sejarah, dan kekhasan suatu daerah atau komunitas. Budaya lokal ini menjadi salah satu sumber indentitas, solidaritas dan vitalitas pribadi maupun kelompok. Sehingga budaya lokal inilah yang menjadi unsur yang membentuk dan membantu mendefinisikan apa, siapa, dan bagaimana masyarakat setempat.
Budaya lokal sangat perlu untuk diangkat dalam konten di berbagai paltform media, termasuk kepenulisan. Karena hal ini adalah cara pengenalan dan edukasi, langkah pewarisan dan pelestarian budaya lokal. Agar para generasi muda tidak lupa dengan sejarah dan budayanya. Di sisi lain, konten budaya lokal menjadi daya tarik yang luar biasa bagi sektor pariwisata daerah. Memunculkan peluang lapangan pekerjaan baru serta pergerakan ekonomi rakyat.
Dengan demikian konten budaya lokal akan mampu menghidupkan dunia literasi, pariwisata, kuliner hingga industri kreatif dan UMKM. Waw, luar biasa sekali efeknya, ya.
Jenis Warisan Budaya
Warisan budaya merupakan bagian-bagian dari masa lalu yang kita terima dan kita hidupkan hingga saat ini. Dan menjadi bagian dari jati diri kita. Warisan budaya meliputi,
1. Warisan Budaya Tangible
Warisan budaya tangible adalah warisan budaya yang kasat mata dan berbentuk fisik. Warisan ini berbentuk rigid dan statis di suatu tempat. Meliputi tanah adat, monumen, dan situs-situs. Contohnya: kompleks keraton, candi, petilasan dan sebagainya.
Salah satu yang pernah saya angkat dalam tulisan artikel adalah kompleks pemandian Umbul Pengging di daerah Boyolali. Selain itu di dekat rumah saya ada salah satu ikon daerah Colomadu yang merupakan bangunan pabrik gula pada masa Mangkunegara IV. Tulisan saya ini dimuat dalam antologi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan berkolaborasi dengan IIDN dengan judul Aku dan Cagar Budaya.
2. Warisan Budaya Intangible
Warisan budaya intangible adalah warisan budaya yang berbentuk non fisik. Warisan ini berbentuk kepercayaan, adat istiadat, pengetahuan dan tradisi. Warisan budaya intangible ini hidup di antara masyarakat, diwariskan dari cerita yang disampaikan secara turun-menurun. Contoh warisan budaya intangible di antaranya upacara-upacara adat, seni pertunjukan, makanan tradisional, dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat lokal.
Saat ini warisan budaya intangible seringkali dilabeli dengan istilah ketinggalan jaman, kuno bahkan kolot, karena disandingkan dengan budaya-budaya moderen. Di mana kebudayaan moderen ini berasal dari kebudayaan barat yang dipublikasikan secara masif sehingga dianggap dan dipakai sebagai tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Padahal warisan budaya intangible ini bukan hanya sekedar seremonial atau kebiasaan belaka, tetapi sarat dengan nilai-nilai luhur kehidupan yang ditanamkan sebagai jati diri bangsa.
Pedoman Penulisan Konten Budaya Lokal
Penulisan berbasis konten budaya lokal seringkali mengangkat tentang peristiwa, tempat atau orang-orang di suatu wilayah. Sehingga diperlukan ulasan yang lengkap dan detail tentang topik bahasannya, sehingga pembaca dapat memahami konteks kelokalannya.
Pedoman dalam menulis konten budaya lokal adalah 5W1H, yaitu:
- What (apa) : menceritakan tentang apa?
- Who (siapa) : siapa saja yang terlibat dalam kegiatan atau peristiwa tersebut
- Where (di mana) : di mana tempat diadakan
- Why (mengapa) : mengapa budaya itu penting bagi masyarakat setempat
- How (bagaimana) : bagaimana budaya itu diselenggarakan
Penggunaan pedoman ini sangat membantu penulisan konten budaya lokal karena dapat memberikan informasi yang lengkap sehingga pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik, relevan (sesuai dengan konteks lokal dan kebutuhan pembaca) serta menyajikan informasi yang terstruktur dan runut.
Salah satu poin penting dalam penulisan konten budaya lokal adalah orisinalitas dan validitas informasi. Maksudnya adalah informasi yang kita jadikan sumber tulisan haruslah valid, terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga apa yang kita tulis sesuai dengan yang sebenarnya. Penulis tidak diperbolehkan untuk menambahi dengan asumsi atau imajinasi pribadi. Hal ini untuk menjaga keaslian dan kebenaran konten budaya serta nilai-nilai warisan yang disampaikan.
Penggunaan sumber informasi untuk mengumpulkan data penulisan konten budaya lokal bisa dengan sumber informasi langsung dan tidak langsung. Kita bisa mewawancarai langsung pelaku atau saksi sejarah. Sumber informasi tidak langsung bisa diperoleh dari kajian literatur berupa buku sejarah, jurnal ataupun tulisan dari para penulis lain. Tentu saja sebelumnya harus dipastikan kredibilitas penulisnya terlebih dahulu.
Dalam penulisan konten budaya lokal, kita bisa memilih berbagai bentuk tulisan. Baik fiksi maupun non fiksi. Bisa dengan pembahasan ilmiah, formal maupun bahasa populer. Tinggal disesuaikan saja dengan sasaran pembacanya.
Melestarikan Budaya Lewat Tulisan
Indonesia dengan berjuta kekayaan budayanya memberikan kesempatan bagi para penulis untuk membuat karya yang tidak hanya menarik, tetapi juga edukatif. Budaya lokal bisa dijadikan konten penulisan yang sangat kreatif.
Ada banyak objek budaya lokal di sekitar kita, baik fisik maupun non fisik. Dengan menggunakan teknik 5W1H kita bisa menyajikan konten budaya lokal dengan lengkap, detail, relevan dan mudah dipahami oleh pembaca.
Dengan mengangkat konten budaya dengan berbagai genre tulisan, akan semakin membuka peluang besar untuk memperkenalkan, mengedukasi dan melestarikan budaya bangsa.
Happymoms, kita punya kewajiban dan kesempatan yang sama untuk ikut serta. Mempertahankan nilai-nilai budaya lokal, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya serta memperkenalkannya pada khalayak ramai.
Ada keunikan budaya apa di sekitar rumah, Mommies? Yuk, tuliskan. Mari kita penuhi media massa dengan berbagai konten budaya lokal yang menarik.
Happy writing 💕
Post a Comment
Dan Mohon tidak meninggalkan link hidup. Jika terdapat link hidup, mohon maaf komentar akan dihapus.